Masa Depan Karir Akuntansi

Oleh: Harry A. Simbolon, SE., MAk., QIA., Ak., CA., CPA., CMA., CIBA., ASEAN CPA

Peminat jurusan akuntansi selalu ramai setiap tahunnya, baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Anggapan dapat langsung bekerja setelah lulus adalah alasan utamanya, karena melihat fungsi akuntansi selalu ada di setiap organisasi, tidak hanya di entitas bisnis namun juga organsiasi sektor publik atau orginisasi nir laba sekalipun. Pertanyaan selanjutnya adalah benarkah setelah lulus kuliah gampang mendapatkan pekerjaan di bidang akuntansi?

Rasio akuntan di Indonesia nyatanya memang masih kalah jauh dibanding negara lain, atau minimal dalam lingkup ASEAN saja kita masih kalah dari Filipina, Singapura dan Malaysia. Itu artinya peluang memang masih terbuka lebar.

Lebih Dari Sekedar Akuntan

Ketika diterima di jurusan akuntansi dulu, seorang teman menertawakan saya, masih segar sekali di ingatanku apa yang diucapkan temanku itu: “Ngapain kau jadi akuntan, Ry? Kedepannya akuntansi akan dijalankan oleh software, enggak perlu tenaga manusia lagi”. Apa yang dikatakan teman tersebut memang ada benarnya, saat itu software-software akuntansi banyak beredar seperti DEA, MYOB, dll, namun tidak secara drastis berganti, justru semakin dibutuhkan pekerja yang sangat paham akuntansi untuk menjalankannya. Terbukti dalam dua dekade terakhir lulusan akuntansi sangat diminati pasar.

Perkembangan teknologi adalah keniscayaan, digitalisasi merambah di semua sektor, tak terkecuali di bidang akuntansi, maka para pemangku kepentingan terhadap akuntansi harus adaptif mengikuti perkembangan tersebut. Lulusan akuntansi yang hanya menguasai pengetahuan dasar akuntansi tentunya tidak bisa terlena begitu saja, justru mereka harus was-was karena banyak orang yang memiliki kualifikasi yang sama seperti itu. Dibutuhkan lulusan yang menguasai lebih dari sekedar ilmu akuntansi, yaitu yang fit dengan kebutuhan marketplace saat ini, seperti teknologi informasi, data science, komunikasi, bahasa asing, dan soft skill lainnya.

Itulah mengapa diperlukan akuntan yang professional. Menjadi akuntan profesional berarti bergabung dengan asosiasi profesi, yaitu dimulai dengan pemenuhan standar minimal pengetahuan, dibuktikan dengan lulus ujian sertifikasi profesi tersebut, seperti Chartered Accountants (CA), Certified Public Accountants (CPA), atau Certified Management Accountants (CMA). Setelah lulus ujian, para akuntan harus terus meng-update pengetahuannya dengan mengikuti Pendidikan Profesional Lanjutan (PPL) agar tidak tergerus oleh kemajuan. Dan selama berpraktik juga selalu mengikuti segala kode etik dan aturan yang sudah ditetapkan oleh organisasi profesi tersebut.

Tren Otomasi

Di banyak perusahaan besar, pekerjaan-pekerjaan akuntansi telah menggunakan Robotic Process Automation (RPA). Pekerjaan-pekerjaan yang berulang dan memiliki pattern yang jelas tentunya dapat dibuat logic-nya untuk diproses oleh mesin, inilah yang disebut dengan RPA. Sebagai contoh di perusahaan nasional yang menangani pekerjaan verifikasi tagihan dari vendor hingga dibayarkan memerlukan karyawan sebanyak 30 orang. Ketika RPA ini diterapkan tentunya ke 30 orang tersebut tidak diperlukan lagi. Pilihannya adalah mem-PHK (lay off) atau mengalihkan mereka ke bidang pekerjaan yang memberikan value added lainnya. Jika tidak ada kemampuan lain selain akuntansi, tentunya PHK adalah pilihan tunggal, berbeda jika karyawan tersebut memiliki kemampuan lain, tentunya akan terus stay di perusahaan tersebut.

Tidak hanya RPA, Enterprise Resource Planning (ERP) yang ada sekarang ini telah dikembangkan cukup jauh, tidak hanya sekedar memproses transaksi keuangan saja, namun lebih kompleks lagi sampai memberikan analisis untuk mendukung pengambilan-pengambilan keputusan baik yang bersifat stratejik maupun operasional (expert system). ERP sudah mampu memberikan advice kapan seharusnya melakukan pembelian bahan baku, karyawan mana saja yang kurang produktif, pabrik mana yang layak ditutup, area sales mana yang bermasalah, customer habit, dll. Advice-advice tersebut disajikan dengan sangat menarik dalam bentuk dashboard yang gampang dimengerti dan sangat menarik tampilannya.

Dalam kasus COVID sekarang hal ini semakin terbukti, dimana operasional kantor tetap dapat berjalan meski dijalankan dari rumah masing-masing karyawan. Fungsi-fungsi keuangan dapat dijalankan secara daring, tidak diperlukan lagi kehadiran fisik. ERP pun sangat berperan karena dapat digunakan secara daring secara end to end. Karyawan yang gaptek, alias gagal paham teknologi, tentunya tidak diperlukan lagi dalam kondisi sedemikian ini.

Bidang Pekerjaan Yang Relevan

Pekerjaan di bidang akuntansi terbuka sangat lebar hampir di semua sektor. Di entitas bisnis akuntansi diperlukan di semua fungsi keuangan di bawah direktorat keuangan, mulai dari akuntansi keuangan, risk management, corporate finance, management reporting, budgeting dan perpajakan. Selain itu lulusan akuntansi juga diperlukan di direktorat lain seperti pricing dan new product development di direktorat pemasaran, sistem informasi akuntansi di direktorat IT, costing di direktorat operasi, portfolio management di direktorat business development, investor relation di corporate affair, employee benefit di direktorat Human Capital Management, dll. Sangkin perlunya pemahaman akuntansi, maka kecendrungan yang terjadi sekarang ini adalah dibentuknya fungsi Finance Business Partner (FBP) yang mengawal siklus keuangan dari sejak inisiasi program, penganggaran, pengadaan, pencatatan, hingga pembayaran dan evaluasi.

Di entitas sektor publik lulusan akuntansi juga menjadi primadona sekarang ini. Kebijakan pemerintah yang menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang menggunakan accrual basis mau tidak mau harus diikuti dengan penerimaan besar-besaran lulusan akuntansi di semua unit. Harapan agar laporan keuangan unit mendapatkan hasil audit yang clean (wajar tanpa pengecualian) tentunya merupakan tantangan tersendiri sekaligus kebanggan yang harus dicapai. Maka segala upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut termasuk didalamnya mempekerjakan tenaga ahli akuntansi pemerintah yang sangat paham penerapan SAP ini.

Di sektor nir laba peran akuntansi sedikit di depan. Jantungnya organisasi nir laba adalah di fund rising, oleh karena itu disusunlah program-program yang mampu menarik minat donatur. Program-program tersebut selanjutnya dilaporkan secara spesifik dalam laporan keuangan. Beberapa teman saya yang berkerja di Non-Government Organization (NGO) asing justru memiliki karir yang cemerlang. Paduan dari pemahaman akuntansi, kemampuan bahasa asing, komunikasi yang mumpuni dan yang utama ketulusan melayani masyarakat adalah kunci utama bagi para lulusan akuntansi berkarir di organisasi nir laba.

Auditor adalah profesi yang memerlukan pemahaman dasar akuntansi. Konsep dasarnya adalah bagaimana mungkin ia mampu memeriksa proses akuntansi dalam satu organisasi jika dia sendiri tidak paham akuntansi itu sendiri. Bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) diyakini oleh banyak lulusan akuntansi sebagai fast track school untuk menjadi profesional keuangan. Karena dengan terjun langsung sebagai auditor ia dapat memahami langsung transaksi real yang terjadi dalam klien yang diauditnya. Maka tak jarang pula alumni akuntansi yang pernah bekerja di KAP menjadi primadona di marketplace. Kemampuan yang sama juga diperlukan untuk menjadi internal auditor di semua organisasi. Menjadi auditor pemerintah juga peluangnya sangat besar, baik di Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau lembaga oversee lainnya seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memerlukan tenaga akuntan yang profesional, kususnya yang memahami SAP.

Dalam bidang kesisteman, dalam hal ini Sistem Informasi Akuntansi (SIA), lulusan akuntansi harus menyiapkan dirinya dengan pemahaman komputer yang sangat baik. Dalam beberapa kali kesempatan bekerjasama dengan konsultan ERP, yang saya hadapi bukanlah lulusan ilmu komputer atau teknik informatika, melainkan lulusan akuntansi, bahkan mereka sudah memiliki kualifikasi akuntan profesional (CPA) baik dari dalam dan luar negeri. Ini menandakan prospek lulusan akuntansi yang memahami kesisteman juga sangat terbuka lebar.

Dalam pasar modal pun demikian. Meskipun banyak lulusan eksakta yang bekerja sebagai analis disana, namun yang menjadi objek pekerjaannya adalah informasi akuntansi. Harusnya lulusan akuntansilah yang sangat berperan. Pertanyaannya mengapa malah banyak lulusan eksakta yang bekerja di sana? Jawabannya adalah karena tidak sekedar paham informasi akuntansi saja yang dibutuhkan, namun diperlukan kemampuan menganalisa lebih lanjut akan menjadi apa informasi tersebut dan diperlukan juga kemampuan mengemas informasi tersebut agar menjadi lebih berguna. Kemampuan inilah yang jarang dimiliki oleh sekedar lulusan akuntansi saja. Oleh karena itu diperlukan critical thinking, logical thinking, seperti yang dipelajari di ilmu-ilmu ekstakta.

Di luar itu semua, kenyataannya sekarang lulusan akuntansi juga tersebar merata di hampir semua bidang pekerjaan lainnya, bahkan yang tidak ada hubungannya dengan uang sekalipun, seperti sales, account officer, customer care, general affair, atau bahkan berwirausaha.  Dalam beberapa kesempatan berdiskusi dengan teman yang bekerja dalam bidang non akuntansi tersebut, mereka mengatakan beruntung memiliki pengetahuan akuntansi dan masih menggunakannya meskipun hanya sedikit relevansinya.

Dari semua bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keuangan tersebut, jika saya simpulkan akuntansi adalah tulang punggunya (backbone). Basic knowledge-nya adalah ilmu akuntansi, yaitu bagaimana alur transaksi semenjak terjadi hingga dilaporkan. Jika merujuk pada konvensi di world economic forum tahun lalu yang mengatakan bahwa pekerjaan yang paling dibutuhkan di masa depan adalah problem solver, maka dari itu diharapkan para akuntan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi dimanapun dia bertugas.

Peran Kampus

Kampus sebagai penyedia lulusan akuntansi memiliki peran penting di sini, karena output dari kampus inilah yang akan menjadi input bagi organisasi yang membutuhkan (employer). Kurikulum yang disusun harus selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini. Jadi sangat dimungkinkan sekali kurikulum berubah setiap saat. Tidak hanya dengan hard skill (ilmu akuntansi), mahasiswa juga harus diperlengkapi dengan soft skill, seperti organizational skill, communication skill, negotiation skill, atau kemampuan lainnya (bahasa dan kemampuan komputer).

Tenaga pengajar yang menjadi liver dalam proses transfer of knowledge di kampus juga harus dibenahi, diperlukan studi lanjut (S2 dan S3 atau bahkan post-doctoral), penelitian yang berkesinambungan, company visit, juga keharusan mengikuti seminar tentang topik-topik terkini, sehingga pengajaran yang akan disampaikan kepada mahasiswa juga relevan dengan kondisi terkini. Harapannya ketika mahasiswa lulus dapat langsung bekerja dengan berbekal pengetahuan ter-update.

Saya amati beberapa kampus yang membuka kelas profesi akuntan di Jabotabek juga berlaku mekanisme pasar. Kampus-kampus yang adapatif selalu memiliki mahasiswa yang banyak, sebaliknya kampus yang biasa saja, justru sepi, atau malah tidak membuka kelas. Gimmick yang ditawarkan antara lain dosen-dosen dari kalangan profesional, kemudahan proses administratif, kejelasan proses belajar mengajar, juga fasilitas kampus yang mumpuni.

Kedepan paradox almamater ini akan tereduksi dengan sendirinya, karena pertimbangan utama employer dalam rekrutmen adalah melihat kemampuan individu si calon pekerja, bukan sekedar dari mana dia kuliah. Sebagai contoh, saya yang alumni Universitas Lampung saat ini memimpin tim yang anggotanya hampir dari seluruh top university di Pulau Jawa. Jika kampus lalai, tentunya peran ini tetap dikembalikan kepada masing-masing individu mahasiswa/calon pekerja. Jadi kamu para alumni akuntansi/calon pekerja siapkan dirimu masing-masing! Sukses selalu. Salam akuntansi.

Advertisement

About akuntansibisnis
Me

2 Responses to Masa Depan Karir Akuntansi

  1. Erie Riza Nugraha says:

    Tulisan yang sangat menarik dan inspiratif, pak Harry…

  2. HAGA SIMATUPANG says:

    Mantap Lae, Sukses selalu, Akuntan (AP) di Indonesia masih kalah jauh dengan jumlah AP di negara Asia lainnya, pertanyaan minimnya niat para lulusan akuntansi untuk mendapatkan gelar Profesi al :CA, CPA salah satunya mungkin biaya nya yg masih cukup menguras kantong belumlagi untuk mengikuti PPL yang di wajibkan setiap tahun, jika sudah Partner di KAP hal itu tidak masalah tetapi klu masih setaraf Auditor Senior utk biaya ikut Ujian Profesi dan Biaya PPL lainnya masih menjadi beban tanggungan yg saya rasa cukup menguras dompet.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: