Aku Memilih Membentuk The Winning Team Baru
March 31, 2017 Leave a comment
Oleh: Harry Andrian Simbolon., SE., MAk., QIA., Ak., CA., CPA., CMA
Baru saja aku melepas the winning team ku berkarya di departemen lain. Rotasi ini bukan karena kinerja mereka buruk atau ada masalah, tetapi kebijakan human capital management yang mengharuskan demikian. Di perusahaanku bekerja saat ini setiap karyawan akan dirotasi setiap tiga tahun, syarat ini pula berlaku untuk promosi karyawan yaitu harus sudah pernah mengalami rotasi di level yang sama.
Aku katakan the winning team karena mereka adalah orang-orang yang cerdas, cekatan dan penuh energi. Target kerja dan key performance indicator departemen dapat dipenuhi dengan baik. Senang sekali aku bekerja dengan mereka, mereka sudah tahu harus melakukan apa, tidak perlu terlalu banyak arahan namun pekerjaan bisa selesai dengan cepat. Fungsiku sebagai coach benar-benar bisa kuterapkan di departemenku ini. Bahkan karena kecakapan mereka tak jarang juga timku ini kukerahkan membantu departemen lain.
Saat ini aku memimpin departemen financial reporting yang tugas utamanya adalah menghasilkan laporan keuangan perusahaan sesuai standar akuntansi yang berlaku. Aku membawahi dua sub-department yaitu sub-dept financial reporting analysis yang bertugas menganalisis setiap angka yang di-generate setiap modul di dalam enterprise resource planning dan sub-dept financial reporting disclosure yang tugas utamanya menyiapkan kertas kerja pendukung laporan keuangan dan menyusun pengungkapan laporan keuangan. Departemenku ini cukup unik karena merupakan kombinasi dari ilmu akuntansi dan sistem informasi. Karyawan yang ditempatkan disini selalu saja memiliki nilai lebih, karena merupakan hilirnya operasional perusahaan maka harus mengerti seluruh business proses di perusahaan ini minimal secara helicopter view.
Ketika diajak berdiskusi mengenai pengaturan rotasi ini, aku tidak bisa langsung meng-iya-kannya, perlu waktu bagiku untuk berpikir sesaat. Dalam permenunganku, tidak mungkin aku terus menahan mereka, kalau kutahan itu hanya menguntungkan diriku sendiri dan merugikan mereka karena menghambat karir mereka nantinya. Akhirnya dengan nada pasti aku menerimanya. Aku hanya meminta pengganti mereka nanti adalah orang-orang yang mau belajar. Tidak perlu orang yang pintar atau bisa melakukan banyak hal, bagiku cukup memiliki attitude yang baik, maka selebihnya aku yang akan membantu mereka terbentuk sesuai yang diharapkan.
Kehilangan tim andalan memang sangat merepotkan. Aku pasti akan bersusah payah mengajari penggantinya dari awal lagi, memahami karakternya, meng-counselling-nya, atau bahkan memarahinya jika memang perlu. Namun kenyataan ini harus dihadapi. Pilihannya tinggal satu: aku harus membentuk the winning team baru, menularkan iklim kerja yang baik dan biarkan mereka menjadi the winning team ditempat barunya.
Rotasi Penting Bagi Karir
Tulus Radikun – pakar psikologi industri dan organisasi Universitas Indonesia, mengatakan bahwa rotasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan potensi karyawan. Apalagi, bila keterampilan di tempat kerja yang baru memang dibutuhkan dan merupakan prasyarat untuk mencapai target keterampilan sesuai rencana pengembangan karyawan yang bersangkutan. Rotasi juga bisa digunakan untuk prasyarat bagi karyawan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik pada jabatan yang lebih tinggi. Bahkan, rotasi dipercaya bisa mengatasi kejenuhan atau depresi gara-gara pekerjaan yang itu-itu saja.
Perusahaan Komunikasi Crain dalam penelitiannya tentang pengaruh rotasi kerja terhadap tenaga kerja menemukan bahwa rotasi pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana proaktif meningkatkan nilai pengalaman kerja untuk tujuan pelatihan dan pengembangan. Rotasi pekerjaan dihargai oleh karyawan karena hubungannya dengan hasil yang terukur seperti promosi dan pertumbuhan gaji.
Bagi perusahaan, rotasi bisa dimanfaatkan untuk mengetahui potensi setiap karyawan, sehingga perusahaan dapat menempatkan karyawan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Selain itu karyawan mendapatkan pengetahuan baru yang sesuai dengan potensinya.
Berdasarkan uraian di atas, rotasi ini sangat bermanfaat bagi mereka. Mereka dilatih beradaptasi dengan lingkungan baru, mengelola perubahan, mengerti bahkan menguasai pekerjaan di bidang lain, memiliki networking baru dan terlebih berkesempatan mendapatkan promosi nantinya.
Keluar dari Area Nyaman
Rotasi berarti keluar dari area nyaman. Maka tak banyak karyawan yang nyaman keluar dari area nyaman ini. Berada di area nyaman memang sangat mengasikkan, tidak terlalu banyak effort, semuanya bisa berjalan dengan sendirinya, seperti auto pilot saja. Didukung dengan pengetahuan kita yang sudah ‘pakem’ dalam bidang tertentu di bagian tersebut, dan lagi berada di dalam tim yang memiliki kompetensi yang mumpuni.
Namun tanpa kita sadari, area nyaman tersebut justru menjadi mesin pembunuh kemajuan karir karyawan. Berada di area nyaman berarti tidak banyak melakukan improvement, tidak perlu melakukan development, apalagi meng-upgrade ilmu dan keahlian. Sering kali justru orang yang berada di area nyaman tertentu mandek karirnya, bahkan disalip oleh bawahannya sendiri. Maka ketika ada tawaran untuk merombak timku, yang terpikirkan olehku hanyalah bagaimana timku ini bisa maju karirnya nanti, melatih mereka untuk selalu sigap dengan perubahan dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin berikutnya. Aku pun juga bisa kembali berperan sebagai facilitator untuk mendampingi penggantinya sampai mencapai standar kinerja minimal sama dengan timku sebelumnya.
Bagiku sendiri, banyak orang menilai bahwa aku sudah terlalu menguasai bidang yang kutekuni selama ini, benar juga yang mengatakan bahwa aku sangat nyaman di posisiku ini. Namun kesempatan untuk promosi memang belum ada sedangkan untuk mengganti posisiku saat ini manajemen mungkin memiliki pertimbangan sendiri sehingga belum melakukannya. Apakah aku senang dengan kondisi ini? Tidak sama sekali. Rasa nyaman adalah hal yang sangat kuyakini harus dihindari. Aku meyakini masih bisa mengerahkan kemampuanku melebihi ‘kapasitas’ terpakai saat ini. Selain terus menekuni kompetensiku saat ini, meski aku belum bergeser namun aku sudah mempersiapkan diri untuk menggeser diriku sendiri.
Beberapa kali aku mengukur diriku sendiri dengan mengikuti tawaran beberapa head hunter baik dalam dan luar negeri, meski pada akhirnya selalu sengaja tidak kutuntaskan prosesnya karena tujuannya hanya menilai diri saja. Aku juga mengambil beberapa sertifikasi professional yang bahkan diluar bidang pekerjaanku saat ini hanya untuk mendapatkan pengakuan bahwa aku mampu juga di bidang lain. Aku rajin menulis topik yang diluar bidangku saat ini dengan harapan bisa banyak belajar darinya (learning by writing). Dalam beberapa kesempatan aku juga menerima tawaran konsultasi atau memberikan pelatihan (learning by teaching). Proyek pengembangan diriku saat ini sengaja kuarahkan pada strategic finance yaitu yang banyak membahas tentang merger and acquisition, business combination, venture capital, financial planning and analysis, financial technology, financial transformation, dan global digitizing karena memang itulah bidang yang kuharapkan nantinya selepas posisiku saat ini. Karena keyakinanku cita-cita itu bukan sekedar diimpikan, tetapi harus berusaha untuk menggapainya.
Lalu kenapa kamu tidak pindah ke perusahaan lain saja, Ry? kenapa kamu tidak buka kantor akuntan sendiri saja, Ry? Banyak memang yang menanyakan hal ini padaku. Yes I did. Aku sudah mulai melakukannya dengan mencoba mengukur diri seperti yang kukatakan di atas, namun belum bisa kutuntaskan saat ini. Dulu ketika masuk ke perusahaan ini, kami para karyawan baru ditantang oleh Ibu Rieny Hassan – psikolog yang menjadi konsultan induction program saat itu. Tantangannya sangat sederhana: “Akan menjadi apa kalian 5 tahun dan 20 tahun lagi di perusahaan ini?” saat itu sementara yang lain sibuk memikirkan jawaban, aku dengan sigap langsung menjawab: “5 tahun lagi aku menjadi manajer dan 20 tahun lagi aku menjadi direktur”. Ucapanku ini kuanggap nazar yang harus kupenuhi. Seperti yang kukatakan di atas: “I never dreamed about success, I worked for it”. Saat ini aku sudah menjadi manajer meski kucapai agak terlambat yaitu di tahun kedelapanku di sini, namun tujuan jangka panjangku itu masih bisa kuraih bahkan mungkin bisa lebih cepat dari yang kunazarkan sebelumnya.
Ya, aku siap keluar dari area nyamanku, aku siap dengan perubahan, aku siap dengan tantangan baru, aku siap untuk menggapai nazarku, dan terakhir aku siap menghasilkan the winning team-the winning team yang lainnya. Inilah credo ku saat ini.
Update:
Hari ini (tanggal 22 Mei 2018), salah satu teamku yang kurombak itu mendapat SK promosi menjadi supervisor. Senang mendengarnya, dan senang melihat orang maju. Good job.