Finance Business Partner
April 10, 2018 Leave a comment
Oleh: Harry Andrian Simbolon, SE, MAk, QIA, AK, CA, CPA, CMA, CIBA, ACPA
Perubahan signifikan yang terjadi dalam dunia bisnis di era digital saat ini mau tidak mau harus direspon oleh dunia keuangan. Dampak nyatanya adalah banyak otomasi di beberapa fungsi keuangan yang dapat mereduksi peran mereka dalam perusahaan. Di lain sisi fungsi komersial membutuhkan pengetahuan keuangan untuk bisa menyesuaikan kebutuhan operasional dengan standar keuangan terutama dalam menentukan harga dan merancang struktur biaya yang tepat. Simbiosis mutualisme inilah yang menyebabkan terbangunnya kebutuhan akan fungsi finance business partner (FBP).
Alasan lainnya lagi adalah dari sisi risiko. Krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan banyak organisasi merasa rentan dan sangat sadar akan eksposur mereka terhadap risiko komersial dan keuangan. Komersial harus memiliki financial acumen agar barang/jasa yang dibuat hingga dipasarkan memiliki financial awareness baik dari segi costing maupun profitability. Sebaliknya, peran keuangan yang ada dalam organisasi harus menyesuaikan, keuangan harus paham bisnis bahkan terjun ke dalam bisnis itu sendiri.
Apa itu FBP?
Dalam suatu rapat kerja, tim konsultan asing yang kami undang menyampaikan konsep FBP meminta kami menyebutkan satu kata yang paling tepat mewakili FBP. Hasilnya, kata yang paling banyak dipilih oleh ratusan peserta adalah “kolaborasi”. Kata ini lah yang sering menjadi momok di banyak perusahaan: keuangan dan non-keuangan sering berjalan sendiri-sendiri (silo), keuangan sering disebur Mister No karena sering menolak permintaan budget, komersial pun sering arogan menjalankan bisnis tanpa memperhatikan kaidah-kaidah keuangan. Dengan FBP maka keuangan dan non-keuangan akan berjalan bersama. Selanjutnya kata “kolaborasi” inilah yang akan saya uraikan dalam tulisan ini.
Pada dasarnya FBP adalah akuntan yang bekerja erat dengan unit bisnis tertentu yang menciptakan kemitraan nyata dan aktif dengan manajemen dan operasional. Peran mereka adalah memberikan dukungan dan analisis yang tepat, menjadi penasihat yang terpercaya dan memberikan nilai tambah yang akan membantu dalam pengambilan keputusan. FBP harus mampu mengkomunikasikan pesan, memahami mitra bisnisnya dan menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan ringkas. Untuk menjalankan peran ini diperlukan kombinasi dari keterampilan analitis, komersial dan komunikasi.
Dari sisi organisasi, FBP dapat berada dalam struktur CFO atau juga dapat melebur dalam organ mitra bisnisnya seperti di operasinal, penjualan maupun pemasaran. Perbedaan mengenai organisasi FBP ini masih tetap menjadi perdebatan, tergantung pada sudut pandang dan kepentingannya. Namun yang jelas di struktur manapun FBP berada mereka harus memberikan nilai tambah bagi organisasi.
Menurut Alan Flanagan dari Deloitte, FBP yang berhasil adalah yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh bisnis untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Peran ini mengharuskan FBP bisa menafsirkan data mentah dan mengkomunikasikannya dengan jelas terutama kepada mitra kerjanya. Peran ini sangat stratejik sekali karena berada di jantungnya bisnis perusahaan. Dalam menjalankan peran ini FBP bekerja mulai dari mengambil data, mengolahnya, mengukur nilainya dan kemudian menyajikan temuannya kepada pemangku kepentingan yang relevan dengan cara yang tepat.
FBP yang efektif adalah yang dapat beradaptasi dan dapat menyampaikan informasi dengan cara yang dapat dicerna oleh mitra mereka, dengan jelas dan relavan. Hal ini penting terutama ketika pesan yang ingin disampaikan oleh FBP tidak ingin didengar oleh mitra bisnis mereka, misalnya memberi tahu bagian penjualan bahwa mereka telah melebih-lebihkan margin. Dalam hal ini FBP harus menguji, melatih dan memotivasi mitra bisnisnya atas pesan yang disampaikan tersebut. Selain itu, FBP yang berhasil juga harus dapat mengidentifikasi pemangku kepentingan utama, membangun relasi dan mempengaruhinya untuk mencapai tujuan mereka.
FBP di Indonesia
Banyak organisasi kini menggunakan konsep FBP, Laporan Deloittes menunjukkan bahwa 91% CFO di Irlandia berencana untuk meningkatkan kemitraan bisnis di organisasi mereka. Yang menarik, 28% dari mereka mengidentifikasi bahwa kekurangan bakat adalah hambatan dalam mengemban kemitraan ini. Di Indonesia pun demikian, beberapa perusahaan besar telah menyadari pentingnya menerapkan FBP. Karena merupakan hal baru, masalahnya tetap sama yaitu resource atas professional keuangan yang sesuai dengan kriteria FBP ini masih sangat langka. Kesempatan terbuka lebar bagi Anda, bukan?
Dalam satu sesi sharing session di kantor beberapa waktu lalu, salah satu MNC yang kami undang untuk membagikan pengalaman penerapan FBP mengatakan bahwa di perusahaan mereka FBP belum mampu memberikan nilai tambah lebih, pekerjaan mereka banyak terkonsentrasi pada management report. Tampakanya hal yang sama juga banyak terjadi di perusahaan lain.
Menjadikan FBP befungsi dengan ideal memang menjadi pekerjaan rumah tersendiri, selain yang saya katakan di atas terkait keterbatasan resource akuntan yang paham bisnis, alhasil banyak perusahaan di Indonesia memilih sebaliknya, yaitu mempekerjakan orang komersial yang paham keuangan, atau minimal perusahaan yang kemudian memperlengkapi mereka dengan keahlian keuangan. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi para akuntan dan profesional keuangan di Indonesia.
Kualifikasi dan Skill
Menjadi seorang FBP membutuhkan keahlian yang berbeda dengan peran akuntan konvensional. Kualifikasi umum sebagai akuntan seperti CA, CPA dan CMA tetap dibutuhkan, namun lebih dari itu FBP memerlukan keahlian lebih dari sisi bisnis, mereka harus paham bisnis itu sendiri. Informasi dan pelaporan sebenarnya hanyalah puncak gunung es, yang jauh lebih penting adalah kemampuan untuk memahami nilai dalam informasi yang diberikan itu dan menginspirasi orang lain untuk memanfaatkannya.
Peran baru di bidang keuangan ini memberikan kesempatan besar bagi siapa saja yang suka bekerja di lingkungan yang berubah dengan cepat. Untuk mencapai ini, seorang FBP memerlukan seperangkat soft skill yang kuat, diantaranya presentasi, membangun relasi, negosiasi, memfasilitasi dan menyelesaikan konflik. Dalam hal ini FBP harus menjadi manajer proyek yang sangat baik dan juga seorang pemikir yang kreatif. Seorang FBP juga harus dapat menerapkan keterampilan analitis di luar fungsi keuangan tradisional dan bertanggungjawab untuk menanggung berbagai masalah komersial.
FBP yang berkinerja tinggi harus memiliki perpaduan keterampilan yang langka. Mereka harus dapat selalu melihat sesuatu dalam gambaran besar sambil membantu menerapkan perubahan prosedural yang lebih baik.
Apakah Anda Tertarik Menjadi FBP?
Beberapa peran dan keahlian sebagai FBP seperti yang dijelaskan di atas sangat menantang, membuka cakrawala berpikir yang lebih luas lagi dari pada sekedar mencatat dan melaporkan informasi keuangan, jauh dari itu adalah memberikan nilai tambah bagi organisasi, mempercepat proses, memberikan rekomendasi dan insight atas pengambilan keputusan bisnis.
Untuk memainkan peran tersebut apakah Anda kandidat yang cocok? Agar berhasil, Anda harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menjelaskan konsep keuangan kepada orang-orang non-keuangan dan memengaruhi mereka dalam membuat keputusan utama.
Jika Anda berpikir untuk memutar haluan karier Anda ke sini, mulailah terlibat dengan proyek-proyek yang relevan sejauh mungkin dalam peran Anda saat ini. Jika Anda sudah memahami bagaimana membuat keputusan bisnis di tingkat yang lebih kecil, tentu ini adalah nilai tambah. Meskipun Anda adalah akuntan yang dianggap berkualitas, Anda menjadi kandidat ideal jika Anda memiliki pengalaman sebagai akuntan manajemen, manajer keuangan dan analis keuangan/bisnis.
Karena FBP bekerja sangat dekat dengan bisnis, Anda memiliki prospek yang bagus untuk masa depan karir Anda. Anda tidak ubahnya seperti CFO di unit bisnis tertentu, maka untuk menjadi CFO yang sebenarnya tentu hanya tinggal menunggu waktu.
Setelah membaca tulisan singkat ini, apakah jawaban Anda?