Penelitian Tentang Perataan Laba

SL_Smoothing_GraphOleh: Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA., Ak., CA., CPA

Topik skripsi saya ketika mahasiswa S1 dulu tentang perataan laba entah mengapa masih sangat sering sekali ditanyakan kembali kepada saya, baik lewat kolom komentar di web ini, inbox ke facebook saya, ataupun ke email saya. Topik tersebut mungkin masih sangat relevan sekarang, makanya banyak adik-adik mahasiswa yang mengulasnya kembali menjadi skripsi.

Beberapa dari pertanyaan/permintaan adik-adik mahasiswa tersebut memang saya tanggapi, namun banyak juga yang saya cuekin. Saya tanggapi karena beberapa pertanyaan tersebut menggugah rasa ingin tahu mereka, seperti: Bagaimana cara menghitungnya Pak? Adakah referensi selain indeks eckel? Apakah ada variabel yang lain?. Namun banyak juga yang saya cuekin karena pertanyaaannya terkesan pertanyaan malas: Pak, kirim hitung-hitungan Bapak dong? Kirimin skripsi lengkapnya dong? Kedua jenis pertanyaan/permintaan tersebut memang mendeskripsikan dua jenis mahasiswa yang ada saat ini, ada yang benar belajar, dan ada juga yang sekedar mau lulus saja.

Namun bahasan saya kali ini bukan kepada tipe mahasiswa itu, tapi benarkah masih sangat relevan topik perataan laba ini? Laba merupakan output dari operasional perusahaan, operasional yang baik atau kurang baik, operasional yang menerapkan good corporate governance atau operasional yang penuh engineering. Dari dulu ke dulu, laba memang selalu menjadi pusat perhatian bagi para stake holder, itulah mengapa manajemen perusahaan selalu mengupayakan menghasilkan kinerja laba yang baik. Perlu kita ketahui juga bahwa salah satu indiktor utama penilaian dalam annual report award yang selalu dikonteskan setiap tahunnya adalah earning quality, yaitu bagaimana laba yang dilaporkan itu berkualitas atau tidak, benar apa adanya atau ada apanya. Regulasi pasar modal semakin kesini juga semakin menuntut keterbukaan informasi agar para emiten menginformasikan “proses penciptaan laba” yang ada di dalam perusahaan tersebut, agar para investor juga tidak miss lead membaca laporan keuangan perusahaan.

Laba dihasilkan dari kinerja operasional perusahaan, laba tersebut kemudian akan menjadi dasar besaran deviden yang akan dibagikan kepada para pemilik atau terakumulasi didalam ekuitas yang menjadi indikator pengukuran enterprise value perusahaan tersebut. Di lain sisi, laba juga menjadi faktor penentu besaran pajak yang dibayarkan kepada pemerintah, semakin besar laba maka semakin besar pajak yang dibayarkan. Jika menghubungkannya dengan agency theory dan bonus theory, manajemen cenderung menghasilkan laba yang besar agar tantiem/bonus yang mereka peroleh juga besar. Atas beberapa hal tersebut maka ada beberapa kemungkinan dan kecenderungan manajemen melakukan utak-atik atas angka laba yang disajikan oleh perusahaan tergantung pada maksudnya dan tujuannya.

Topik skripsi saya ini bercerita mengenai intensi manajemen tersebut, yaitu upaya manajemen menyajikan laba dari tahun ke tahun yang cenderung bagus dan normal. Jika saya seorang investor tentu saya sangat senang sekali jika perusahaan dimana saya menaruh investasi selalu menghasilkan laba. Saya akan semakin senang lagi jika labanya cenderung semakin bagus, atau cukup dengan pertumbuhan yang relatif stabil, jauh dari lonjakan penurunan dan kenaikan. Jika emiten tidak dipagari dengan aturan baik dari standard setter maupun dari pasar modal, tentu emiten akan sesuka hatinya saja melaporkan kinerja keuangannya. Itulah mengapa fungsi regulator di pasar modal memiliki peran penting dalam menciptakan iklim bisnis yang sehat.

Dengan mengukur kecenderungan angka laba yang dihasilkan perusahaan, kita menjadi tahu apakah perusahaan melakukan earning management dengan perataan laba atau tidak. Dalam penelitian saya terdahulu, saya menggunakan Indeks Eckel untuk mengukur kecenderungan tersebut. Saya tidak tahu apakah ada tools lain untuk mengukurnya. Output penelitian saya terdahulu tersebut memberikan inputan bagi para investor sebelum melakukan investasi atau mengevaluasi investasinya di perusahaan-perusahaan yang menjadi sample.

Kembali kepada adik-adik mahasiswa, silahkan bertanya sebanyak dan seluas mungkin tentang sekrispi saya dulu ini. Saya usahakan semaksimal mungkin untuk segera mereply.

Baca juga: Perataan Laba

Advertisement

About akuntansibisnis
Me

10 Responses to Penelitian Tentang Perataan Laba

  1. lani says:

    pak saya masih bingung menggunakan rumus index eckel ini…boleh minta emailnya pak…apakah bisa menggunakan standar deviasi di eckel…mohon bantuannya pak…terima kasih sebelumnya

    • lani says:

      mksd sy apakah bisa menggunakan rumus standar deviasi di excel…mohon bantuannya pak..sy sangat sulit menggunakannya utk skripsi sy

  2. nurma says:

    Pak beda manajemen laba dan perataan laba itu gmn?? Soalnya ada skripsi tntng manajemen laba dan ada pula tentang perataan laba.. makasih

  3. Rahmadi says:

    Assalamualaikum..
    Mohon maaf pak, mau bertanya dimanakah saya mencari referensi penelitian tentang earnings management dengan metode kualitatif.
    sepertinya sangat jarang yang membahas tentang earnings management dari sudut pandang metodologi yang berbeda, kebanyakan menggunakan metode kuantitatif. mohon pencerahannya. Terimakasih..

  4. Mulia C.P says:

    Pak, semisal kita ambil 6 tahun penelitian, lalu saat saya input di spss, saya masukkan semua data perhitungan dari variabel per tahun. Untuk hasil perhitungan laba, saya menggunakan angka 0 untuk yg tidak melakukan perataan laba, dan angka 1 untuk yg melakukan perataan laba. Lalu untuk perhitungan perataan laba, saya hitung keseluruhan dan hasilnya keseluruhan bukan per tahun. Lalu benarkah apabila saya menuliskan angka 1 atau 0 sebanyak 6 kali sesuai tahunnya? Misal perusahaan x melakukan perataan laba, maka 2011 – 2016 saya tuliskan 1 1 1 1 1 1?

  5. Jacklin Tandri says:

    Selamat pagi bapak Harry Yang Terhormat, saya Jacklin sedang melakukan penelitian mengenai perataan laba. Pada penelitian saya , variabel y (variabel dependen) yang diuji dengan menggunakan variabel nominalnya yakni nilai CV I / CV S(bukan variabel dummy/ bukan memakai angka 1 atau angka 0). Apakah boleh seperti itu? Lantas jika boleh, apakah dalam pembahasan penelitian, jika variabel independen saya berpengaruh positif maka perusahaan tsb tidak melakukan perataan laba mengingat jika x berpengaruh positif maka y (indeks eckel) meningkat sehingga tidak melakukan perataan laba (indeks eckel >1 tidak melakukan perataan laba). Mohon balasannya. Terimakasih.

    • Dendy says:

      Permisi. Saya mau nanya apakah Sudah menemukan jawabannya. Mohon dibalas saya lagi memiliki masalah sama seperti ini

  6. Della says:

    assalamualaikum pak
    saya ingin bertanya kenapa perataan laba ini masih banyak yang ingin meneliti ya pak hingga saat ini? terus mengolah datanya lebih baik pakai logistik atau linier berganda ya? terimakasih sebelum nya pak

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: